Pengikut

Selasa, 18 Oktober 2011

Wim: Apa Daya? This Is Indonesia!

 
Wim Rijsbergen (Pelatih Timnas Indonesia)
 
 
 
 
Wim Rijsbergen mungkin nama yang tak asing lagi di negeri asalnya, Belanda karena ia pernah merumput bersama tim nasional di era 70-an. Maka dari itu banyak yang tak menyangka ia mau meneruskan karir manajerialnya di 'negara kecil' macam Indonesia.

Sepak terjang mantan pelatih tim muda Ajax Amsterdam itu pun seketika menjadi perhatian ketika ia ditunjuk menangani tim nasional Indonesia. Dan salah satu harian terbesar di Belanda, de Volkskrant menuliskan kisah Wim di Indonesia.

Berikut adalah sepenggal dari tulisan tersebut sebagaimana dikutip situs Radio Nederland Wereldomroep:

Mimpi Buruk
Dua bulan juga dia sudah menjadi pelatih tim nasional Indonesia. Dua bulan, tiga pertandingan, nol gol dan nol skor. Dan ini belum hal yang terburuk. Kalau saja dia bisa mendapatkan lebih banyak ruang gerak, mungkin akan lebih banyak skor yang bisa tercetak. Tapi sepak bola Indonesia begitu simpang siurnya, sampai-sampai Wim sempat kelepasan melontarkan kata "mimpi buruk" dalam wawancara. Bahasa halusnya, susah sekali berurusan dengan baik dan benar di sini, katanya, dalam harian de Volkskrant.

Kira-kira setengah tahun lalu, Wim datang ke Indonesia untuk melatih kesebelasan PSM asal Makassar. "Saya adalah warga dunia. Tapi Belanda akan selalu menjadi rumah saya", sambungnya.

Pelatih dadakan timnas
Karena adanya deformasi, dua bulan lalu tiba-tiba dia ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia. Pelatih sebelumnya, Alfred Riedl, asal Austria, dipaksa lengser oleh PSSI. Berbulan-bulan terjadi kekisruhan di persatuan itu, ditengarai oleh para mafia koruptor. Bahkan FIFA, yang juga tak lepas dari praktek korupsi, merasa kekacauan internal PSSI sudah terlalu parah dan mengancam akan menskors PSSI jika ketuanya tidak mengundurkan diri. Diperlukan aksi semi coup agar regenerasi terjadi dan sang ketua benar-benar mundur.

Namun, kata Wim Rijsbergen, sang mantan ketua masih memegang tongkat kendali dari balik layar. "Banyak hal yang tau-tau terjadi begitu saja. Sepertinya kekuatan lama ingin mengambil kekuasaan kembali. Tapi saya tidak ingin ikut campur lagi. Saya di sini untuk sepak bolanya dan bukan politik."

Di Ujung Tanduk
Harian de Volkskrant lebih jauh menuliskan sepak bola Indonesia bak telur di ujung tanduk. Dalam PSSI kerap terjadi kecurangan, pertandingan-pertandingan dimanipulasi oleh para bandar judi. Tidak ada yang peduli dengan olah raganya sendiri. Urusan begitu morat-maritnya sampai-sampai seorang milyuner memutuskan membuat liga tandingan. Pengurus PSSI merasa Liga baru tersebut tidak sah dan memboikotnya. Tapi Indonesia jadi tidak punya Liga Utama lagi. Hasil akhir: tak ada kompetisi berjalan selama lima bulan! Para pemain timnas kembali ke klub masing-masing dan jarang latihan. Stamina mereka makin hari makin terpuruk.

Kata Wim; "sebagai pelatih timnas, saya tidak bisa-bisa apa. Posisi saya lebih gampang waktu di klub. Pemain ada di bawah kontrol saya 24 jam sehari, tiap hari. Di Makassar kami cukup sukses. Tujuh kemenangan berturut-turut. Tapi sayang kompetisi lalu dihentikan."

Pemain tim nasional pun bukan seleksinya sendiri. Riedl yang menyusun formasi kesebelasan. "Mereka baru saling bertemu satu hari sebelum saya mulai di sini," cerita Wim.

Inilah Indonesia
Apa mau dikata? Tim yang bukan tim sepenuhnya. Pemain dengan stamina ala kadarnya serta minim disiplin. Di bawah kepemimpinannya Wim mengadakan dua kamp pelatihan. "Waktu pertama kali butuh empat hari sampai seluruh pemain lengkap. Yang satulah tantenya meninggal, yang satu lagi ini, yang sana itu. Selalu ada sesuatu. Dan kalau saya berkomentar, mereka hanya berkata 'This is Indonesia,' lalu nyengir," sambung Wim. Untuk tipikal orang Belanda yang lurus-lurus saja, hal begini cukup mengherankan.

Selasa (11/10), Indonesia kalah 3-2 dalam pertandingan krusial melawan Qatar. Stadion hanya terisi setengah. Para fans memboikot tim sebagai dukungan terhadap formasi lama PSSI dan pelatih pendahulu Wim. Wim tidak terlalu terkejut dengan hasil ini. "Setidaknya mereka mencetak gol. Pertandingan juga cukup menghibur publik."

Namun mengenai sepak bola Indonesia Wim tidak terlalu optimis. "Masih akan makan waktu bertahun-tahun untuk terjadi perubahan, kalau memang ada."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar