skip to main |
skip to sidebar
Wim: Apa Daya? This Is Indonesia!
Wim Rijsbergen (Pelatih Timnas Indonesia)
Wim
Rijsbergen mungkin nama yang tak asing lagi di negeri asalnya, Belanda
karena ia pernah merumput bersama tim nasional di era 70-an. Maka dari
itu banyak yang tak menyangka ia mau meneruskan karir manajerialnya di
'negara kecil' macam Indonesia.
Sepak terjang mantan pelatih tim muda Ajax Amsterdam itu pun seketika menjadi perhatian ketika ia ditunjuk menangani tim nasional Indonesia. Dan salah satu harian terbesar di Belanda, de Volkskrant menuliskan kisah Wim di Indonesia.
Berikut adalah sepenggal dari tulisan tersebut sebagaimana dikutip situs Radio Nederland Wereldomroep:
Mimpi Buruk
Dua bulan juga dia sudah menjadi pelatih tim nasional Indonesia. Dua
bulan, tiga pertandingan, nol gol dan nol skor. Dan ini belum hal yang
terburuk. Kalau saja dia bisa mendapatkan lebih banyak ruang gerak,
mungkin akan lebih banyak skor yang bisa tercetak. Tapi sepak bola
Indonesia begitu simpang siurnya, sampai-sampai Wim sempat kelepasan
melontarkan kata "mimpi buruk" dalam wawancara. Bahasa halusnya, susah
sekali berurusan dengan baik dan benar di sini, katanya, dalam harian de
Volkskrant.
Kira-kira setengah tahun lalu, Wim datang ke
Indonesia untuk melatih kesebelasan PSM asal Makassar. "Saya adalah
warga dunia. Tapi Belanda akan selalu menjadi rumah saya", sambungnya.
Pelatih dadakan timnas
Karena adanya deformasi, dua bulan lalu tiba-tiba dia ditunjuk sebagai
pelatih timnas Indonesia. Pelatih sebelumnya, Alfred Riedl, asal
Austria, dipaksa lengser oleh PSSI. Berbulan-bulan terjadi kekisruhan di
persatuan itu, ditengarai oleh para mafia koruptor. Bahkan FIFA, yang
juga tak lepas dari praktek korupsi, merasa kekacauan internal PSSI
sudah terlalu parah dan mengancam akan menskors PSSI jika ketuanya tidak
mengundurkan diri. Diperlukan aksi semi coup agar regenerasi terjadi
dan sang ketua benar-benar mundur.
Namun, kata Wim Rijsbergen,
sang mantan ketua masih memegang tongkat kendali dari balik layar.
"Banyak hal yang tau-tau terjadi begitu saja. Sepertinya kekuatan lama
ingin mengambil kekuasaan kembali. Tapi saya tidak ingin ikut campur
lagi. Saya di sini untuk sepak bolanya dan bukan politik."
Di Ujung Tanduk
Harian de Volkskrant lebih jauh menuliskan sepak bola Indonesia bak
telur di ujung tanduk. Dalam PSSI kerap terjadi kecurangan,
pertandingan-pertandingan dimanipulasi oleh para bandar judi. Tidak ada
yang peduli dengan olah raganya sendiri. Urusan begitu morat-maritnya
sampai-sampai seorang milyuner memutuskan membuat liga tandingan.
Pengurus PSSI merasa Liga baru tersebut tidak sah dan memboikotnya. Tapi
Indonesia jadi tidak punya Liga Utama lagi. Hasil akhir: tak ada
kompetisi berjalan selama lima bulan! Para pemain timnas kembali ke klub
masing-masing dan jarang latihan. Stamina mereka makin hari makin
terpuruk.
Kata Wim; "sebagai pelatih timnas, saya tidak
bisa-bisa apa. Posisi saya lebih gampang waktu di klub. Pemain ada di
bawah kontrol saya 24 jam sehari, tiap hari. Di Makassar kami cukup
sukses. Tujuh kemenangan berturut-turut. Tapi sayang kompetisi lalu
dihentikan."
Pemain tim nasional pun bukan seleksinya sendiri.
Riedl yang menyusun formasi kesebelasan. "Mereka baru saling bertemu
satu hari sebelum saya mulai di sini," cerita Wim.
Inilah Indonesia
Apa mau dikata? Tim yang bukan tim sepenuhnya. Pemain dengan stamina
ala kadarnya serta minim disiplin. Di bawah kepemimpinannya Wim
mengadakan dua kamp pelatihan. "Waktu pertama kali butuh empat hari
sampai seluruh pemain lengkap. Yang satulah tantenya meninggal, yang
satu lagi ini, yang sana itu. Selalu ada sesuatu. Dan kalau saya
berkomentar, mereka hanya berkata 'This is Indonesia,' lalu nyengir,"
sambung Wim. Untuk tipikal orang Belanda yang lurus-lurus saja, hal
begini cukup mengherankan.
Selasa (11/10), Indonesia kalah 3-2
dalam pertandingan krusial melawan Qatar. Stadion hanya terisi setengah.
Para fans memboikot tim sebagai dukungan terhadap formasi lama PSSI dan
pelatih pendahulu Wim. Wim tidak terlalu terkejut dengan hasil ini.
"Setidaknya mereka mencetak gol. Pertandingan juga cukup menghibur
publik."
Namun mengenai sepak bola Indonesia Wim tidak terlalu
optimis. "Masih akan makan waktu bertahun-tahun untuk terjadi perubahan,
kalau memang ada."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar